![]() |
Foto oleh Yan Krukau |
Revolusi digital dalam kritik sastra
Tren ini memunculkan tanda pagar (tagar) #BookTok–sebuah kependekan dari “Book” (Buku) dan “TikTok”. Tagar adalah simbol “#” yang digunakan untuk mengelompokkan konten di medsos. Misalnya, #BookTok adalah kategori postingan tentang buku. Tagar ini memudahkan orang mencari dan menemukan konten serupa.
Singkatnya, #BookTok adalah sebuah komunitas di medsos yang menajdi tempat para pembaca mengulas buku favorit mereka. Video-video yang diposting dengan tagar #BookTok ini menunjukkan reaksi otentik, sering kali diwarnai dengan emosi, yang mendorong penontonnya untuk (kembali) menemukan buku atau mempelajari genre sastra yang sebelumnya mereka abaikan atau tidak ketahui.
Revolusi digital ini rupanya telah juga ditelaah dalam sejumlah penelitian. Misalnya, Dos Santos (2023) menunjukkan bahwa fenomena #BookTok telah mendobrak kode-kode tradisional kritik sastra, yang memungkinkan opini-opini yang sebelumnya terpinggirkan untuk bisa disuarakan dan ternyata juga punya pengaruh terhadap angka penjualan buku di pasaran. Para kreator muda ini mendefinisikan ulang peran kritikus dengan menggabungkan semangat, keaslian, dan spontanitas.
Dampak #BookTok terhadap kebiasaan membaca anak muda
Terlebih lagi, format visual yang pendek dan singkat dari konten ini sangat sesuai dengan generasi sekarang, yang terbiasa dengan stimulasi layar yang cepat, bergulir dari satu video singkat ke video lainnya. Pengguna muda, yang sering dikritik karena lemahnya tingkat konsentrasi mereka, justru dapat benar-benar menemukan jati diri mereka melalui video-video semacam ini.
Format ini menciptakan komunitas virtual yang membuat setiap pengikutnya merasa terlibat dan terdorong untuk turut berbagi pengalaman membaca mereka. Kulkarni (2024) menekankan bahwa dampak dari konten ini terletak pada kemampuannya untuk memunculkan reaksi secara simultan dan langsung (real time), bahkan viral, sehingga mendemokratisasi rekomendasi buku-buku sastra.
Penggerak ekonomi dan budaya untuk penerbitan
Studi terbaru bahkan menunjukkan korelasi positif antara visibilitas sebuah karya di #BookTok dan peningkatan penjualan buku tersebut. Novel-novel yang sebelumnya kesulitan untuk menemukan publiknya telah berbalik arah berkat video sederhana di TikTok. Fenomena ini menunjukkan bahwa pemasaran digital yang ditargetkan dengan baik dapat merevitalisasi karya-karya yang terlupakan atau kurang dihargai sebelumnya.
Namun, kesuksesan komersial ini menimbulkan beberapa pertanyaan tentang masa depan kritik sastra. Di satu sisi, keaslian dan semangat para kreator memberikan kontribusi tersendiri pada kebangkitan gairah membaca di kalangan anak muda. Di sisi lain, komersialisasi yang berlebihan dari praktik-praktik ini dapat mengarah pada standarisasi rekomendasi, yang merugikan analisis kritis yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Dos Santos (2023) tetap menyarankan perlunya memikirkan ulang tentang peran kritikus sastra. Terlebih lagi, pada saat ini ketika penilaian seringnya diukur hanya berdasarkan jumlah 'suka' (Like) dan jumlah yang dibagikan, alih-alih berdasarkan argumen sastra yang mendalam.
Namun, meskipun #BookTok tampaknya menjadi pendorong dalam meningkatkan minat baca dan secara positif memengaruhi angka penjualan buku, penting untuk tetap waspada terhadap komodifikasi–proses mengubah sesuatu, seperti ide, budaya, atau pengalaman, menjadi barang yang bisa diperjualbelikan–dan kedangkalan konten tertentu. Masa depan kritik sastra tidak terletak pada pilihan antara tradisi dan modernitas, tetapi dalam menemukan keseimbangan yang tepat, yaitu ketika teknologi digital mampu memperkaya dan bukannya memiskinkan pengalaman membaca setiap orang.
Referensi
- Dos Santos, I. (2023). #BookTok : vers un renouvellement de la prescription littéraire. [Mémoire de Master, CELSA – Sorbonne Université]. HAL. https://dumas.ccsd.cnrs.fr/dumas-04429407
- Asplund, S. B., Ljung Egeland, B., & Olin-Scheller, C. (2024). Sharing is caring: young people’s narratives about BookTok and volitional reading. Language and Education, 38(4), 635–651. https://doi.org/10.1080/09500782.2024.2324947
- Kulkarni, S. (2024). Getting a feel for BookTok: Understanding affect on TikTok's bookish subculture. In J. Dera, & R. van Steensel (Eds.), Lezen in Beweging: Ontwikkelingen in leesbevordering, lees- en literatuuronderwijs, digitaal lezen en toetsing (pp. 75-86). (Stichting Lezen Reeks). Eburon.
Media Sosial
Gunakan media sosial berikut untuk terhubung dengan Elga Ahmad.