Seperti yang mungkin Anda juga sadari bahwa perkembangan teknologi tengah membawa kita ke sebuah era on demand, yaitu masa ketika seseorang dapat meminta dan mewujudkan yang dikehendaki pada saat ia menginginkannya. Misalnya jika saya mau mendengarkan lagu terbaru dari penyanyi tertentu, saya hanya tinggal mencarinya di Internet. Dengan cara memasukkan kata kunci yang berhubungan dengan pencarian saya di peramban, pada saat itu juga akan tertampil di layar sebuah daftar pilihan layanan yang menawarkan pemutaran lagu yang saya inginkan dengan format yang beragam, gratis maupun berbayar. Kita mendapatkan kemudahan dalam hal ini terutama berkat iTunes, Deezer, Spotify, Netflix, iFlix, atau YouTube. Coba kita bandingkan dengan keadaan ketika semua penyedia layanan yang saya sebutkan tadi belum lahir. Saya jadi teringat ketika pulang sekolah dulu, sampai-sampai di rumah, saya langsung menyalakan pesawat televisi hanya untuk menunggu klip musik favorit saya diputarkan VJ di acara MTV Most Wanted. Walaupun perlu menunggu hingga videonya ditayangkan, setidaknya kanal musik MTV yang tayang 24 jam sehari tersebut merupakan solusi bagi pencinta musik yang ingin menikmatinya kapan saja, bahkan pada jam tidur.
Konsep on demand ini juga sekarang ternyata berlaku untuk urusan perut. Apakah Anda tiba-tiba terbayang dengan lezatnya burger BigMac atau wangi-menggodanya sate kambing yang bertabur saus kacang? Selalu ada nomor telepon atau aplikasi yang tersedia di gawai kita untuk memesan semuanya! Yang Anda inginkan siap diantar dan disajikan ke tempat Anda, dalam hitungan menit saja. Yumm..
Apa itu Podcast?
Podcast sendiri sebenarnya sudah sangat populer di luar negeri terutama sejak sepuluh tahun terakhir, ketika web 2.0 dikembangkan. Penamaan istilah Podcast berawal dari penggabungan kata dalam bahasa Inggris, yakni pod (dari iPod –sebuah gawai produksi Apple) dan broadcast (siaran). Memang setelah kemunculan iPod lah, banyak orang mulai menggunakan layanan podcast ini, sehingga istilah tersebut begitu sangat familiar di telinga masyarakat. Pada saat itu, podcast hanya terbatas pada siaran audio. Dalam bahasa Prancis –terutama di Québec, podcast disebut pula baladodiffusion atau siaran (diffusion) gambar/video maupun suara melalui berkas digital di Internet yang bisa diputar sambil berjalan-jalan (balade) Wikipedia berbahasa Indonesia mencoba memadankan istilah podcast dengan kata siniar. Walaupun pada saat saya menulis artikel ini, kata kersebut belum diserap resmi dan dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.
“Siniar (bahasa Inggris: podcast) atau siaran web tan-alir (non-streaming webcast) adalah serangkaian berkas media digital (baik audio maupun video) yang diterbitkan sewaktu-waktu dan sering diunduh melalui penyalur-sedia web (web syndication).” – WikipediaSecara sederhana, kita dapat memahami podcast sebagai sebuah media komunikasi satu arah berupa berkas multimedia (audio atau video) melalui Internet. Pada sisi pengguna, berkas ini dapat diunduh sewaktu-waktu atau didapatkan secara berlangganan gratis ataupun berbayar, untuk diputar kapanpun dan di manapun melalui perangkat dengan atau tanpa koneksi Internet. Prinsipnya, konten podcast bersifat sesuai permintaan penggunanya.
“Podcast adalah episode program yang tersedia di Internet. Podcast biasanya merupakan rekaman asli audio atau video, tetapi bisa juga merupakan rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau acara lain.” - Apple
Orang juga kini menyebut istilah vodcast untuk podcast dengan konten video.
Saya dulu sempat mendengar kabar bahwa di Amerika pada masa kemunculannya, podcast dimanfaatkan untuk tujuan publikasi hasil-hasil penelitan agar pengetahuan ilmiah dapat terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Berkat cara ini, sains bukanlah hal abstrak yang sulit dipahami. Sebaliknya sains dapat ditemukan dalam kehidupan nyata.
Adapun tema acara pada podcast dapat dipilih sesuai selera penyimaknya; rekaman berita, wawancara, politik, olahraga, budaya, sandiwara, dsb. Tidak hanya lembaga penyiaran seperti stasiun televisi atau radio, pada perkembangannya, saat ini banyak juga podcaster –sebutan untuk penyiar podcast, yang berasal dari mandiri perorangan.
Mulai menggunakan Podcast
Ada dua cara sederhana untuk mulai menggunakan dan menyimak siaran-siaran podcast yang menarik minat kita.
Cara pertama, yakni dengan menuju ke situs web penyedia layanan podcast. Biasanya situs web penyelenggara siaran radio atau televisi menyediakan laman khusus untuk podcast, tempat di mana mereka memuat daftar berkas multimedia yang dapat diunduh. Berkas media dalam format audio atau video ini pada umumnya adalah rekaman atau arsip dari acara-acara yang sudah pernah disiarkan melalui kanalnya. Berikut beberapa layanan podcast yang biasa saya dengarkan: Suara Surabaya, France Culture, Radio France International (RFI).
Sedangkan untuk podcast video, Anda sebenarnya bisa mencarinya di YouTube. Coba cari kanalnya dengan mengetikkan nama stasiun televisi sebagai kata kunci di kolom pencarian. Dengan kebijakannya memperbolehkan pengguna untuk mengunduh video tertentu, YouTube sekarang cenderung bisa dianggap juga sebagai media podcast video.
Cara kedua yaitu dengan mengunduh media pemutar podcast pada perangkat yang kita gunakan. Menurut saya, ini cara paling praktis, karena pada media putar tersebut biasanya sudah terdapat daftar ratusan saluran podcast dari seluruh dunia. Kita dapat memilih kanal yang menyajikan acara sesuai ketertarikan atau minat kita. Kita bisa memutuskan untuk berlangganan atau hanya mengunduh beberapa acara saja dari kanal tersebut. Berikut ini adalah beberapa aplikasi pemutar podcast yang saya rekomendasikan: Google Podcast (Android), OverCast (iOS), TuneIn (iOS, Android, dan komputer Windows). Anda juga bisa mencari media pemutar lainnya di toko aplikasi, sesuai gawai yang Anda gunakan.
0 komentar: