Elga-Ahmad

Blog pribadi. Seorang pencinta bahasa & kopi krim!
#Didactique #FLE #BIPA #TICE #Interculturel #Grammaire

Pembelajaran bahasa asing pada prinsipnya tidak dapat dibatasi pada penguasaan aspek linguistik saja, tetapi juga harus mempertimbangkan dim...

Pengetahuan dan Keterampilan Interkultural dalam Pembelajaran Bahasa Asing



Pembelajaran bahasa asing pada prinsipnya tidak dapat dibatasi pada penguasaan aspek linguistik saja, tetapi juga harus mempertimbangkan dimensi budaya dan antarbudaya. Hal ini sangat relevan terutama pada masa globalisasi saat ini ketika mobilitas individu cenderung tidak lagi mengenal batas wilayah. Dalam kesempatan lain, saya pernah bilang bahwa hal paling pongah yaitu ketika seseorang dapat berbicara dengan fasih dalam bahasa asing, sedangkan ia tidak memiliki kemampuan komunikasi antarbudaya. Memang, belajar bahasa asing juga berarti belajar untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari budaya lain untuk tujuan memahami cara berpikir, nilai-nilai, dan praktik-praktik sosial mereka. Inilah sebabnya mengapa peserta didik perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan lintas budaya, yaitu kemampuan untuk berinteraksi secara tepat dan efektif dalam situasi komunikasi multikultural.


Pendekatan yang berorientasi pada tindakan dan pendekatan antarbudaya yang diusulkan oleh Common European Framework of Reference for Languages (CEFR) memberikan sebuah kerangka kerja teoritis dan metodologis untuk mengembangkan keterampilan ini. Menurut pendekatan ini, siswa atau pemelajar dipandang sebagai aktor sosial yang menggunakan bahasa untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam berbagai konteks. Maka, peran guru atau pengajar dalam hal ini adalah merancang kegiatan pengajaran yang dapat membawa dimensi antarbudaya ke dalam pembelajaran, berdasarkan dokumen autentik yang digunakan, interaksi dengan penutur asli bahasa yang dipelajari, dan perbandingan antarbudaya. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa akan keanekaragaman budaya. Di sisi lain, pemelajar bahasa dituntut untuk mengembangkan keingintahuan dan keterbukaan pikiran mereka. Hal ini diharapkan dapat membantu mereka membangun identitas multibahasa dan multikultural.


Keterampilan (komunikasi) antarbudaya, bagi saya pribadi, adalah domain studi yang cukup kompleks, karena kajiannya juga terikat dengan variabel-variabel lainnya yang berbeda, seperti persepsi, penilaian diri, keterampilan berbahasa, komunikasi non-verbal, dsb. Kompetensi komunikasi antarbudaya dapat dinilai dengan skala yang mengukur sifat-sifat kepribadian yang terkait dengan kompetensi antarbudaya. Anne Bartel-Radic (2016) mencoba menawarkan sebuah alat uji keterampilan antarbudaya. Memang, pada akhirnya tidak ada satu alat yang ideal untuk menilai keterampilan antarbudaya ini. Namun setidaknya, ada beberapa pendekatan yang kurang lebih dapat disesuaikan dengan konteks penilaian. 

 

Komunikasi antarbudaya adalah keterampilan yang idealnya dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman. Untuk mengembangkan keterampilan ini, penting bagi pemelajar untuk sebelumnya bisa memahami dan menghormati perbedaan budaya. Penting juga untuk menunjukkan empati dan secara aktif mendengarkan orang lain. Membenamkan diri dalam lingkungan budaya yang berbeda dan menggunakan bahasa yang dipelajari secara langsung dengan orang-orang lokal yang juga para penutur jati, adalah sebuah kesempatan istimewa untuk dapat melatih kompetensi berkomunikasi antarbudaya secara efektif.  


Terkahir, jika kamu merasa artikel ini berguna, jangan sungkan traktir saya kopi di sini! 🍵😉

0 komentar: