Sulih suara telah menjadi bagian tak terpisahkan dari industri televisi di banyak negara, termasuk di Prancis—juga di Indonesia. Praktik ini sering kali dipilih untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Media Consulting Group, dalam risetnya pada 2007 silam, menunjukkan bahwa program yang disiarkan dalam versi asli dengan takarir (subtitle) dapat mengalami penurunan jumlah penonton sekitar 30%. Hal ini menandakan bahwa hampir sepertiga penonton mungkin tidak dapat memahami program dalam bahasa asing.
![]() |
Foto oleh Pixabay |
Sulih suara merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan, terutama sejak awal kehadiran sinetron impor—disebut juga 'telenovela'—di layar kaca, versi sulih suara telah menjadi standar penayangan. Menurut Thierry Le Nouvel, dalam bukunya Le Doublage et ses métiers, sekitar 60% produksi siaran televisi adalah produksi asing. Jika semua program tersebut disiarkan dalam bahasa aslinya, banyak penonton akan merasa kesulitan untuk mengikuti.
Sejarah sulih suara di Prancis, berakar dari kebutuhan untuk menyederhanakan komunikasi. Di era awal film bersuara, film dibuat dalam berbagai bahasa, termasuk juga di Prancis. Ketika televisi mulai berkembang, sulih suara menjadi solusi untuk mengatasi hambatan bahasa.
Namun, mengapa beberapa negara seperti Inggris dan negara-negara Skandinavia lebih memilih versi asli dengan subtitle? Menurut Thierry Le Nouvel, hal ini berkaitan dengan kedekatan budaya dengan bahasa Inggris. Negara-negara tersebut memiliki budaya yang lebih terbuka terhadap bahasa Inggris, sementara negara-negara Latin, termasuk Prancis, cenderung lebih nyaman dengan bahasa lokal.
Di Prancis, kebiasaan menonton program yang dialihsuarakan sudah dianggap lumrah dan menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan. Menayangkan program dalam versi asli bisa dianggap sebagai langkah yang berisiko secara rating penonton dan finansial. Meskipun demikian, media seperti Netflix dan beberapa platform streaming lainnya mulai menawarkan opsi bahasa asli dengan subtitel. Ini dapat memberikan pilihan kepada penonton yang lebih menyukai versi asli.
Kualitas sulih suara di Prancis juga mengalami peningkatan. Seiring dengan semakin bertambahnya permintaan akan konten berkualitas, perusahaan-perusahaan sulih suara berusaha untuk meningkatkan standar mereka. Christel Salgues, penanggung jawab alih suara di TFI—dikutip dalam artikel Pierre Langalis—menyatakan bahwa saat ini, pemilihan aktor suara dilakukan dengan lebih hati-hati untuk memastikan kesesuaian dengan karakter yang diperankan.
Meski demikian, sulih suara sering kali mendapat kritik. Beberapa orang menganggapnya sebagai bentuk penyensoran karena dapat mengubah dialog asli. Namun, menurut para ahli, hal ini lebih terkait dengan penyesuaian budaya dan peraturan penyiaran lokal, misalnya, sensor terhadap konten yang dianggap tidak sesuai dengan norma sosial di masyarakat.
Dengan berkembangnya teknologi, pilihan untuk menonton program dalam bahasa asli semakin mudah. Sistem multi-bahasa atau VM mulai diterapkan yang memungkinkan penonton untuk memilih bahasa yang diinginkan. Meski demikian, mayoritas penonton Prancis masih lebih memilih versi sulih suara, sehingga menjadikan sulih suara tetap relevan.
Di masa depan, dengan semakin terhubungnya dunia melalui internet, mungkin akan terjadi perubahan dalam preferensi penonton. Namun, hingga saat ini, sulih suara tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang di Prancis. Ini bukan hanya tentang memahami dialog, tetapi juga tentang kenyamanan dan kebiasaan menonton yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.
0 komentar: