January Dry atau Januari Kering adalah sebuah inisiatif untuk berhenti dari minum minuman beralkohol terutama sepanjang bulan Januari. Tantangan ini idealnya mulai dilakukan persis pada keesokan hari setelah pesta perayaan malam tahun baru yang pada saat itu orang-orang memang biasanya paling banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Kampanye yang dalam bahasa Prancis dinamakan Janvier Sec ini sebenarnya bermula di Inggris pada 2013 silam, yang kemudian secara perlahan mulai juga diadopsi di berbagai negara di penjuru dunia. Saat ini, kegiatan tersebut telah menjadi salah satu gerakan internasional. Di Swiss sendiri, Januari Kering mulai dilakukan terutama oleh para generasi muda sejak awal tahun 2021 lalu. Sedangkan di Prancis, gerakan ini sudah dilaksanakan mulai satu tahun sebelumnya meskipun belum mendapatkan dukungan secara resmi dari pemerintahnya.
Ilustrasi: @cottonbro |
Selain tentunya tidak menyentuh sama sekali minuman beralkohol, para pegiat January Dry juga akan aktif mengunggah kegiatan mereka terkait tema tersebut dan memenuhi ruang media sosial dengan tanda pagar (tagar) #JanuaryDry atau #JanvierSec yang lalu dibubuhi kode negara di mana mereka tinggal, misal: #JanuaryDryUK (Inggris), #JanuaryDryCH (Swiss), #JanvierSecFR (Prancis), dsb. Mereka juga dapat mengikuti perkembangan terbaru tentang gerakan ini pada situs resmi di negara masing-masing (Lihat referensi pada bagian akhir teks ini). Di Swiss, bahkan komunitas Janvier Sec mengadakan undian berhadiah bagi para peserta yang mendaftarkan dirinya pada situs web mereka.
Memang, tingkat konsumsi minuman beralkohol di negara Alpen belakangan ini dinilai cukup tinggi, terutama selama pandemi Covid-19. Hasil studi melalui survey yang dilakukan Croix-Bleue Berne-Soleure-Fribourg (Sebuah organisasi yang mengkaji dan menangani masalah-masalah ketergantungan) mengungkapkan bahwa ada semakin banyak anak muda yang melarikan dirinya ke alkohol, dengan harapan dapat meningkatkan rasa keberanian dan semangat mereka selama masa krisis kesehatan akibat penyebaran global Coronavirus ini. Dikutip dari artikel yang dirilis RTS, sebelum pandemi, terdapat hanya 3% anak muda yang mengonsumsi alkohol sebagai bentuk pelarian dari masalah. Namun angka ini naik drastis menjadi 7,3% pada 2021.
Minuman yang mengandung alkohol yang dimaksud dalam artikel ini bisa berupa bir (hasil fermentasi biji-biji gandum/sereal sebagai bahan utama dan berkadar alkohol rendah sekitar 2-4% abv; alcohol by volume), anggur (berbahan dasar buah anggur yang juga populer disebut dalam bahasa Inggris: wine, dengan kadar alkohol di bawah 20% abv), eau-de-vie (yang berasal dari distilasi sari tanaman atau buah-buahan-selain anggur sebagai bahan utamanya), spiritueux atau liqueur (minuman dengan kadar gula dan alkohol yang sangat tinggi sekitar 37-43% abv). Sebagai catatan: liqueur bisa jadi merupakan salah satu eau-de-vie, tetapi eau-de-vie bukanlah liqueur! Dengan kata lain, semua eau-de-vie dihasilkan dari distilasi. Namun liqueur tidak dibuat dengan proses distilasi-kecuali liqueur yang berbahan dasar tanaman, biji-bijian dan kulit pohon. Berikut contoh nama-nama eau-de-vie dan liqueur: brandy, whisky, gin, tequila, rhum, vodka, absinthe, dll.
Sebenarnya, di lain sisi, minuman non alkohol sekarang tengah menjadi tren di negara yang beribu kota di Bern/Berne ini. Kini kita bisa menemukan bir, wine, bahkan liqueur tanpa alkohol di beberapa bar di kota-kota besar. Sebut saja: REBELS 0.0%, sebuah start-up pembuat minuman alternatif tanpa alkohol di Swiss. Perusahaan ini diapresiasi telah mampu mendobrak norma acara minum-minum yang sebelumnya selalu identik dengan kata "mabuk". Ia juga menggalakan kebebasan kepada setiap orang untuk dapat memilih minuman lain yang bebas alkohol. -Saya tidak di-endorse untuk promosi ini, loh! :)
0 komentar: