Pagi ini, saya memberi kabar kepada seorang teman bahwa saya tiba-tiba sakit, sehingga saya harus absen di tempat kerja dan terpaksa harus juga membatalkan janji temu yang kami rencanakan pada sore hari nanti. Perhatian kecil berupa pesan balasan sederhana memang bisa menjadi salah satu obat yang ampuh dan menyembuhkan.
Berikut ini adalah beberapa contoh pesan singkat dalam bahasa Prancis, yang bisa Anda kirimkan melalui teks di WhatsApp misalnya, kepada orang terdekat Anda yang tengah sakit:
Porte-toi bien! Voici un petit mot d'encouragement pour un prompt rétablissement!
Rétablis toi vite. Nous espérons que tu seras rétabli en peu de temps.
Je pense à toi et espère que tu te sentiras mieux bientôt.
Qui rit guérit. Bon rétablissement.
Je pense à toi et te souhaite de t'en remettre très vite!
Oui, c'est vraiment dommage d'être malade au lit. Allons ! Un peu de courage! Quand on veut, on guérit !
Il paraît que même le chocolat ne te fait pas sortir du lit. Bon, je te rassure tout de suite : ça ne va pas durer. D’ici là repose-toi bien, prends ton mal en patience et sache que je pense bien à toi. Gros bisous.
Rétablis toi vite ! Puisse ce petit mot, t'amener la santé, rétablis toi bientôt, et remets-toi vite sur pieds !
Jangan kaget jika Anda diundang dîner jam satu... di siang bolong!
Ini dikarenakan kata dîner dalam bahasa Prancis yang digunakan di Swiss, di Belgia, maupun di Kanada, tidak serta merta dipadankan dalam bahasa Indonesia dengan kata "makan malam". Artinya memang tidak sama dengan kata serupa yang dituturkan di negara Prancis. Menariknya, istilah makan yang lain pun berlainan.
sumber: SBS
Berikut saya paparkan perbedaan kata kerja yang dimaksud dengan membadingkan variasi bahasa Prancis yang digunakan di Prancis dan di tempat lain (Swiss, Belgia, dan Kanada):
Sarapan
Di Prancis, kata sarapan diterjemahkan petit déjeuner (n.m.). Dalam hal ini, kata kerja yang dipakai yaitu prendre (v.). Sedangkan di tempat lain, kita perlu menggunakan kata benda yang sekaligus juga kata kerja, yakni déjeuner (n.m./v.). Mereka tidak mengenal kata petit déjeuner!
Misalnya: Tous les matins, je prends mon petit déjeuner/déjeuner toujours à 8 heures atau Tous les matins, je prends mon petit déjeuner/déjeune toujours à 8 heures.
Makan Siang
Seperti yang saya gambarkan dalam ilustrasi di atas, kata déjeuner (n.m./v.)berarti makan pada siang hari yang normalnya dilakukan antara pukul 12:00 s.d. 14:00 di Prancis. Sedangkan pada rentan waktu yang sama, di tempat lain dipakai istilah dîner (n.m./v.). Contoh: Ça te dit de déjeuner/dîner ensemble vers 13 heures?
Makan Malam
Kata makan malam dalam bahasa Prancis yang digunakan di tempat lain adalah souper (n.m./v.). Sebenarnya, kata ini juga masih digunakan di beberapa daerah di negara Prancis. Sebagian orang Prancis menganggap pula kata souper sebagai sebuah ungkapan lama dari bahasa Prancis klasik. Pada umumnya, kata dîner (n.m./v.) dipakai untuk memadankan kata makan malam.
Contohnya: Il a eu un dîner/un souper avec ses collègues hier soir atau Il a dîné/soupé avec ses collègues hier soir.
***
Untuk menemukan artikel dengan tema tertentu, gunakan kolom pencarian cepat di bawah ini:
Manakah struktur yang tepat untuk mengungkapkan kata kerja berkenalan dalam bahasa Prancis; faire connaissance atau faire la connaissance ? ...
Manakah struktur yang tepat untuk mengungkapkan kata kerja berkenalan dalam bahasa Prancis; faire connaissance atau faire la connaissance?
ilustrasi: bonjourdefrance.com
Ternyata kedua-duanya adalah benar!
Berikut ini adalah penjelasannya secara ringkas.
Sebagai contoh, kita akan berangkat dari terjemahan kalimat ini: Saya (telah) berkenalan dengan Paul di Lausanne.
Dengan menggunakan pola faire connaissance, Anda memerlukan kata penghubung avec. Maka, kalimatnya adalah: J'ai fait connaissance avec Paul à Lausanne.
Sedangkan jika memilih pola faire la connaissance, Anda harus memakai kata penghubung de. Jadi, kalimatnya yaitu: J'ai fait la connaissance de Paul à Lausanne.
Bagi beberapa penutur natif, mereka cenderung tidak menggunakan bentuk kedua. Namun mereka mengganti objek (Paul) dengan kata sifat kepemilikannya. Dalam hal ini, kalimatnya berubah menjadi: J'ai fait sa connaissance à Lausanne (Saya berkenalan dengannya di Lausanne).Kelompok kata sa connaissance menggantikan la connaissance de Paul.
***
Untuk menemukan artikel dengan tema tertentu, gunakan kolom pencarian cepat di bawah ini:
Dalam rangka gerakan keilmuan Sciences en langue française , saya berkesempatan melakukan sebuah presentasi lisan dalam acara Colloque in...
Dalam rangka gerakan keilmuan Sciences en langue française, saya berkesempatan melakukan sebuah presentasi lisan dalam acara Colloque international convivial III. Diakreditasi oleh Federasi Internasional Pengajar Bahasa Prancis (FIPF), dalam sebuah sesi yang diberi nama Section A : Français langue mondiale : didactique / linguistique / littérature / culture / philosophie : méthodes et recherche, saya mengajukan sebuah tema diskusi terkait pengajaran gramatika bahasa Prancis di Indonesia .
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Pengajar Bahasa Prancis seluruh Slovakia (SAUF) selama empat hari, yakni dari tanggal 15 hingga 18 Agustus 2019 di kota bersejarah Banska Stiavnica, di Slovakia. Diikuti oleh sekitar empat puluh kolega aktif dari berbagai negara yang berbeda terutama dari benua Eropa, Afrika, dan Asia, penyelenggaraan konferensi ini dianggap telah meraih sukses.
Foto bersama seluruh peserta
Acara makan siang
Dapat bingkisan... :)
Sumber foto: SAUF
Di dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya “Selamat tahun baru!”. Namun, kalimat paling sederhana dalam bahasa Prancis untuk mengucapkan un...
Di dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya “Selamat tahun baru!”. Namun, kalimat paling sederhana dalam bahasa Prancis untuk mengucapkan ungkapan yang sama adalah “Bonne année!” –tanpa kata baru. Biasanya ujaran ini diikuti pula oleh kalimat harapan agar selalu diberi kesehatan, dengan menambahkan ucapan “Bonne santé!”
Selamat tahun baru 2019!
***
Untuk menemukan artikel dengan tema tertentu, gunakan kolom pencarian cepat di bawah ini:
“ Vive le vent ” adalah versi bahasa Prancis dari lagu Natal berjudul " Jingle Bells ". Lagu ini dinyanyikan dengan nada yang sam...
“Vive le vent” adalah versi bahasa Prancis dari lagu Natal berjudul "Jingle Bells". Lagu ini dinyanyikan dengan nada yang sama persis, hanya lirik lagu yang berbeda. Lirik utuh:
Vive le vent, vive le vent
Vive le vent d'hiver
Qui s'en va sifflant, soufflant
Dans les grands sapins verts
OH! Vive le temps, vive le temps
Vive le temps d'hiver
Boule de neige et jour de l'an
Et bonne année grand-mère ...
Sur le long chemin
Tout blanc de neige blanche
Un vieux monsieur s'avance
Avec sa canne dans la main
Et tout là-haut le vent
Qui siffle dans les branches
Lui souffle la romance
Qu'il chantait petit enfant:
OH! Vive le vent, vive le vent
Vive le vent d'hiver
Qui s'en va sifflant soufflant
Dans les grands sapins verts
OH! Vive le temps, vive le temps
Vive le temps d'hiver
Boule de neige et jour de l'an
Et bonne année grand-mère ...
Et le vieux monsieur
Descend vers le village,
C'est l'heure où tout est sage
Et on danse au coin du feu
Et dans chaque maison
Il joue un air de fête
Partout la table est prête
Et on entend la même chanson
OH! Vive le vent, vive le vent
Vive le vent d'hiver
Qui s'en va sifflant soufflant
Dans les grands sapins verts
OH! Vive le temps, vive le temps
Vive le temps d'hiver
Boule de neige et jour de l'an
Et bonne année grand-mère...
Joyeux, joyeux Noël
Aux mille bougies
Quand chantent dans le ciel
Les cloches de la nuit,
OH! Vive le vent, vive le vent
Vive le vent d'hiver
Qui s'en va sifflant soufflant
Dans les grands sapins verts
OH! Vive le temps, vive le temps
Vive le temps d'hiver
Boule de neige et jour de l'an
Et bonne année grand-mère
Joyeux, joyeux Noël
Aux milles bougies
Quand chantent dans le ciel
Les cloche de la nuit
OH! Vive le vent, vive le vent
Vive le vent d'hiver
Qui s'en va sifflant soufflant
Dans les grands sapins verts
OH! Vive le temps, vive le temps
Vive le temps d'hiver
Boule de neige et jour de l'an
Et... bonne... année......
grand-mère.....
Video:
***
Untuk menemukan artikel dengan tema tertentu, gunakan kolom pencarian cepat di bawah ini:
Katakan “ Y a pas photo ” ketika Anda tidak mempunyai keraguan sama sekali akan suatu hal! Ungkapan yang relatif baru tersebut mulai digunak...
Katakan “Y a pas photo” ketika Anda tidak mempunyai keraguan sama sekali akan suatu hal!
Ungkapan yang relatif baru tersebut mulai digunakan pada akhir abad ke-20, yakni ketika acara pacuan kuda berlangsung. Pada masa itu, kamera digunakan untuk memotret di garis akhir agar dapat menentukan peserta lomba yang tiba lebih dahulu, terutama jika para peserta berlari memacu kudanya secara berdekatan. Ketika seorang peserta tiba di garis tersebut dengan jarak yang jauh dari lawan di belakangnya, hal itu memudahkan juri untuk menentukan pemenang dan tidak memerlukan pengambilan foto. Tidak ada foto! (Il n’y a pas de photo!) – Tidak ada keraguan untuk memilih juara lomba.
Generasi Z yang juga disebut Net Generation memilih untuk menikmati alunan musik melalui Deezer atau Spotify, daripada mengoleksi kepingan CD album dari musisi dan penyanyi favorit mereka. Uber menggantikan secara perlahan layanan taksi konvensional. Memang, revolusi industri generasi keempat (4.0) telah mendorong terciptanya model-model bisnis yang baru di seluruh dunia, seperti disebutkan dalam dua contoh di atas. Pada prinsipnya, Revolusi Industri 4.0 adalah Internet of things, yaitu menginternetkan segala sesuatu dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
Kumpulan esai ini merupakan cerminan dari keresahan kami–para penulis yang sekaligus juga sebagai dosen, peneliti, guru, mahasiswa, dan praktisi dalam bidang bahasa asing pada institusi-institusi berbeda yang tersebar di beberapa kota di Tanah Air, terhadap isu pembelajaran di era Revolusi Industri 4.0 khususnya di Indonesia. Adapun cakupan pembelajaran bahasa asing yang dibahas dalam buku ini yakni bahasa Prancis, Jerman, Mandarin, Jepang, dan bahasa Inggris.
Apa saja tantangan yang dihadapi oleh para pelaku utama dalam pembelajaran bahasa asing di era Revolusi Industri 4.0? Bagaimana menghadapi dan menerima tantangan-tantangannya?
Para Penulis: Elga Ahmad Prayoga, Irma Nurul Husnal Chotimah, Karguna Purnama Harya, Dewi Kartika Ardiyani, Diah Ayu Wulan, R. Januar Radhiya, dan Jaja Fatmaja
Informasi Buku:
Jumlah halaman 176 termasuk sampul
Dimensi: 14.8 x 20,8 x 1,0 cm
Dicetak pada kertas jenis book paper
Dijilid dan disampul dengan menggunakan soft cover
Penerbit: Tulus Pustaka
Tempat Terbit: Cimahi (Jawa Barat)
Tanggal Terbit: Akhir November 2018
ISBN: 978-602-53514-0-2
Promosi dan Pemesanan di Awal: Untuk pemesanan buku di muka (sebelum rilis), klik pada tautan ini. Dapatkan harga khusus s.d. 3 Desember 2018. Jika tautan di atas tidak berfungsi, kemungkinan buku sudah tidak tersedia untuk dipesan.
***
Untuk menemukan artikel dengan tema tertentu, gunakan kolom pencarian cepat di bawah ini:
Ketika seseorang datang pada saat yang tidak tepat dan merusak suasana , kita bisa mengatakan, “ Il est bien arrivé comme un chien dans un j...
Ketika seseorang datang pada saat yang tidak tepat dan merusak suasana, kita bisa mengatakan, “Il est bien arrivé comme un chien dans un jeu de quille”.
Idiom ini digunakan pertama kali pada abad ke-16 ketika permainan boling (jeu de quille) sangat tren di masyarakat. Pada permainan tersebut, peserta harus menggelindingkan bola ke arah deretan pion. Coba Anda bayangkan hal yang terjadi jika seekor anjing tiba-tiba lewat di depan pemain yang hendak melempar bolanya dan merusak susunan pion! Kemudian pada akhir abad ke-20, sebuah film berjudul “Un chien dans un jeu de quilles“ (Seekor Anjing di Permainan Boling)diputar di banyak bioskop Prancis.
Ungkapan lain yang sepadan dengan idiom di atas, yakni: arriver comme un cheveu sur la soupedan un éléphant dans un magasin de porcelaine.
Ungkapan “Couper la poire en deux” (Membagi dua sebuah pir) artinya melakukan kompromi; membagi suatu hal secara adil.
Mengapa buah pir, bukan semangka atau kedondong?
Idiom ini diperkirakan muncul pada karya-karya sastra di Prancis tahun 1880-an. Persisnya pada 1882, Félix Galipaux dan Lucien Cressonnois dalam sebuah pertunjukan sketsa yang berjudul “La poire en deux” (Pir yang Terbagi Dua), mereka memerankan tokoh yang tengah berdebat karena memperebutkan sebuah naskah untuk dibacakan di atas panggung. Setelah pertengkaran yang sengit, salah satu dari mereka mengusulkan untuk membagi dua “buah pir” tersebut supaya setiap orang bisa membacakan bagiannya masing-masing. Pertunjukan tersebutpun berakhir dengan adegan perpisahan kedua tokoh, tanpa pembacaan naskah yang dipermasalahkan itu.
Jadi, karya sastra yang memengaruhi masyarakat untuk menggunakan ungkapan ini atau sebaliknya? Tidak ada yang tahu pasti akan jawabannya.
Selama Perang Dunia Pertama, kosakata bahasa Prancis memiliki perkembangan yang pesat, terutama ditandai dengan banyaknya penyerapan kata dan istilah yang berasal dari jargon para tentara perang.
Pada masa itu, Charles Baudelaire untuk pertama kalinya yang membuat ungkapan avoir le cafard dalam karya puisinya berjudul Destruction yang dimuat dalam kumpulan puisi Les fleurs du mal (1857). Untuk menggambarkan sebuah keadaan sedih yang luar biasa, ia mengibaratkan seekor serangga berwarna gelap yang hidup dalam kegelapan. Maka, ia terpikir untuk menggunakan kiasan tersebut dengan citra seekor kecoa (cafard : n.m.). Sejak saat itu, banyak tentara terutama yang berasal dari Afrika, yang menggunakan ungkapan avoir le cafard tersebut untuk menyatakan keadaan mereka yang memang terisolasi karena kekacauan perang yang terjadi, bak seekor kecoa.
Rujukan lain menyatakan bahwa kata cafard diadaptasi dari kata kafr (bahasa Arab). Kata tersebut mengandung banyak makna (polisemi): orang yang tidak beriman; pengadu; kecoa; kemurungan.
Ungkapan serupa yakni avoir le bourdon, yang diduga muncul tahun 1915.
Bourdon (n.m.) adalah seekor binatang sejenis serangga yang mirip lebah besar dengan nama Latin, Bombus. Kita mengenalnya dalam bahasa Inggris sebagai Bumblebee. Serangga ini berwarna gelap dan dapat mengeluarkan suara khasnya yang berat juga berdengung ketika terbang.
Maka, ungkapan avoir le cafard maupun avoir le bourdon sama-sama dapat diartikan sebagai idiom yang menyatakan keadaan seseorang ketika tengah dirundung kegelisahaan, sedih hati yang dalam, kegalauan, ...
Contoh kalimat: “Je ne peux pas me concentrer aujourd'hui; J'ai le cafard.”
Ketika membuat sebuah daftar dengan menggunakan bilangan bertingkat (angka ordinal) dalam bahasa Prancis, terdapat dua opsi untuk menunjukkan urutan kedua, yaitu:second(e) atau deuxième. Keduanya sama-sama diartikan sebagai “kedua” dalam bahasa Indonesia. Namun, penggunaannya secara prinsip tidaklah sama.
Begini aturannya:
Gunakan setiap kali kata second –seconde untuk kata benda féminin yang mengikutinya, jika urutan tersebut berhenti pada posisi kedua. Artinya, tidak ada lagi bilangan berikutnya.
Sedangkan deuxième dipakai ketika terdapat bilangan ketiga, keempat, kelima, dst.
Namun demikian, Académie française (Akademi Bahasa Prancis) tidak mewajibkan aturan ini secara ketat kecuali pada konteks yang secara logis mengharuskannya. Misalnya pada kata seconde main, seconde nature, … termasuk pada istilah Seconde Guerre mondiale, karena tidak ada Perang Dunia Ketiga!
“On peut, par souci de précision et d’élégance, réserver l’emploi de second aux énoncés où l’on ne considère que deux éléments, et n’employer deuxième que lorsque l’énumération va au-delà de deux. Cette distinction n’est pas obligatoire.” – Académie française
Menurut pendapat saya pribadi, sebagai pembelajar maupun pemelajar, sebaikanya kita tetap mengacu pada aturan dasar tata bahasa Prancis terkait penggunaan kata second(e) dan deuxième ini sebelum ada aturan terbaru yang membakukannya.
Beberapa minggu sebelum ujian sidang tahun lalu, saya diundang pemilik apartemen yang saya tempati untuk minum kopi di rumahnya. “Bagaimana ...
Beberapa minggu sebelum ujian sidang tahun lalu, saya diundang pemilik apartemen yang saya tempati untuk minum kopi di rumahnya.
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya dia penasaran. “Semua baik-baik saja dan saya baru saja diberi tahu direktur penelitian, bahwa ujian akan dijadwalkan setelah libur musim panas.”, jawab saya ringkas. Dengan spontan, dia lalu bersorak, “Bientôt la quille!”.
Melihat kening saya berkerut, iapun menjelaskan ungkapan idiomatis tersebut.
Quille (n.f.) dapat diartikan sebagai pion yang dilempari bola dengan cara digelindingkan pada permainan boling –Le jeu de quilles, dalam bahasa Prancis. Namun dalam ungkapan ini, la quille yang dimaksud ialah sebuah benda setinggi sekitar setengah meter yang diberikan kepada seseorang yang dinyatakan berhasil menyelesaikan tugasnya dalam program wajib militer. Biasanya, pion diberikan pada saat acara perayaan dengan minum-minum. Pion ini lebih menyerupai piala yang dibuat dari kayu dengan motif ukiran tertentu. Setelah beratnya tugas yang harus dijalankan, peserta wajib militer akhirnya dapat kembali pulang dan menjalani rutinitasnya lagi dalam kehidupan normal.
“Bientôt la quille!” diungkapkan kepada /oleh seseorang yang dalam waktu dekat akan segera bebas dari tugasnya yang selama ini menjadi beban.
Ungkapan un temps de chien berarti “ Cuaca yang sangat buruk ”. Konsep ini berawal dari citra anjing ( chien ) yang dipandang sebagai binata...
Ungkapan un temps de chien berarti “Cuaca yang sangat buruk”. Konsep ini berawal dari citra anjing (chien) yang dipandang sebagai binatang yang jelek bagi sebagian masyarakat. Di kalangan umat muslim, anjing adalah salah satu makhluk yang bernajis berat. Sedangkan bagi umat Kristen –berdasarkan Matius, Yesus pernah berkata, “Jangan berikan sesuatu yang suci kepada anjing-anjing!” serta “Tidaklah adil mengambil roti dari seorang anak dan melemparkannya kepada seekor anjing.” Di dalam bahasa Indonesia, kata anjing digunakan juga untuk mengumpat. Hal itu sangat keras dan kasar sekali.
Ungkapan lain berbahasa Prancis yang juga bermakna negatif dan yang menggunakan kata anjing, yakni: une humeur de chien, un mal de chien, une vie de chien, prendre quelqu'un pour un chien, se faire traiter comme un chien, être chien avec quelqu'un, ...
Agar tidak menyinggung para pencinta anjing sebagai hewan peliharaannya, maka katakan "Il fait un temps à ne pas laisser un chien dehors" (Jangan biarkan anjing berada di luar dengan cuaca ini!).
Saya yakin, Anda pernah mendengar kata ini; surel. Ya, istilah surel ini digunakan sebagai padanan untuk kata email atau electronic mail dalam bahasa Inggris. Surel merupakan akronim dari Surat Elektronik. Kata lain yang juga dapat dipakai dalam bahasa Indonesia, yakni posel atau Pos Elektronik. Kedua kata tersebut telah secara resmi dimasukkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V.
Adapun dalam bahasa Prancis, istilah resmi untuk surel adalah kata courriel yang dipendekkan dari kelompok kata courrier electronique.
Ungkapan ini pertama kali dipakai dalam masyarakat Prancis pada awal abad ke-20. En faire tout un fromage berarti, “ Membesar-besarkan sebua...
Ungkapan ini pertama kali dipakai dalam masyarakat Prancis pada awal abad ke-20. En faire tout un fromage berarti, “Membesar-besarkan sebuah masalah.”
Ide ini berasal dari sebuah konsep pembuatan keju (fromage) yang dibuat dari hanya sekedar susu. Namun dengan keahlian tertentu, susu dapat diolah untuk kemudian menghasilkan sebuah produk yang lebih kaya akan kandungan nutrisinya dan lebih tinggi nilai jualnya.
Ungkapan lain yang sepadan: en faire tout un monde, en faire tout un cinéma, en faire toute une affaire, en faire tout un plat.
Dengan kata lain, ekspresi idiomatik ini bermakna mendramatisir sebuah keadaan yang sebenarnya sederhana atau biasa-biasa saja. Ya, lebay!
Anda pasti sering mendengar kalimat-kalimat berikut: Merci de votre attention, Merci pour ton aide, Merci pour venir à l’heure, Merci d’être venu.e.s.,…
Kata merci digunakan untuk mengucapkan terima kasih kepada lawan tutur. Hal yang menjadi persoalan yakni penggunaan preposisi atau kata depan yang mengikuti kata tersebut; merci pour… atau merci de… Keduanya memang dapat dipadankan maknanya dalam bahasa Indonesia dengan kata depan untuk (Terima kasih untuk …) atau bahkan tidak diberikan terjemahannya (luluh), seperti pada kalimat: Merci d’être venu.e.s. (Terima kasih sudah datang.)
Penjelasan ini saya buat berdasarkan pada artikel Le Figaro yang diterbitkan pertama kali pada Juli 2017 lalu dan sempat diperbarui [Referensi]. Memang, Académie française (Akademi Bahasa Perancis) selaku lembaga resmi yang menangani segala hal tentang bahasa Prancis di negara keju tersebut, hingga saat ini belum memberikan rekomendasi terkait hal ini. Sehingga pertanyaan yang menjadi judul artikel ini pun masih menjadi polemik di antara penutur bahasa Prancis itu sendiri. Faktanya, saya mendapati penjelasan yang bertolak belakang dengan pemaparan Le Figaro, pada situs web La langue française [Referensi].
Adapun saya mengambil rujukan sepenuhnya untuk tulisan ini berdasarkan artikel Le Figaro, karena alasan; kelogisan deskripsinya, keterbaruan artikelnya, serta kredibilitas media tersebut.
Kata merci bisa diikuti oleh kata kerja utuh (infinitif) yang selalu diikuti oleh preposisi de. Misalnya, “Merci de m'écouter.” Namun, kita dapat pula menggunakan pola merci pour yang diikuti juga oleh kata kerja utuh pada konteks yang mengindikasikan kala akan datang (futur). Kata kerja yang digunakan belum sepenuhnya dikerjakan. Contohnya pada kalimat “Merci pour votre attention”, yakni ketika penutur mengharapkan perhatian (attention) dari pihak lawan tuturnya.
Maka, pola merci de digunakan pada keadaan sebaliknya yaitu ketika aksi (kata kerja) sudah selesai dilakukan. Misalnya pada akhir pidato, seorang pembicara mengucapkan, “Merci de votre attention.” untuk menyampaikan terima kasih kepada hadirin atas perhatiannya selama ia berbicara.
Namun demikian, Girodet –seorang leksikograf Prancis, menyatakan bahwa struktur merci de merupakan bentuk ragam bahasa resmi.
Être fier comme un coq berarti “sombong seperti ayam jago”. Hewan ini dipilih sebagai kiasan dalam ungkapan ini sebab kebiasaanya berjalan perlahan-lahan sambil membusungkan dada dan menengadahkan kepalanya, bak seorang raja. Ayam jantan dikenal pandai menaklukkan betina. Le coq adalah simbol dari negara Prancis.
Pada awalnya, idiom ini menggunakan kiasan burung merak (un paon). Kamus bahasa Prancis yang dirilis Académie Française pada 1932 sempat memuat ungkapan être fier comme un paon. Kemudian, orang Prancis mulai memakai kiasan seekor kutu (un pou). Memang tidak ada keterkaitan sama sekali antara citra sombong dari makhluk kecil ini. Karena itu, disinyalir bahwa kata un pou ini hanya merupakan pelesetan dari kata pullus yang artinya ayam jantan muda dalam bahasa Latin. Seiring waktu berjalan, ekspresi yang dipakai masyarakat adalah être fier comme un coq.
Ungkapan yang sepadan dalam bahasa Indonesia, yakni sombong seperti berdiri di atas gunung.
Sebuah aplikasi bernama “Pas à pas” (Langkah demi Langkah) yang dirilis secara multiplatform oleh CAVILAM dan Alliance française, layak untuk diunduh. Pembelajar tingkat pemula atau Anda yang sekadar mau mengenal bahasa Prancis dapat segera menjajal program pembelajaran ini melalui perangkat apapun yang dimiliki.
Melalui aplikasi ini, pengguna akan diberikan pengenalan tentang bahasa Prancis dalam penggunaan dasarnya sebagai alat komunikasi dalam beragam situasi sehari-hari. Konten disajikan secara tahap demi tahap dengan ilustrasi berupa gambar dan suara. Fokus dari pembelajarannya yakni komunikasi lisan, seperti: memberi salam, berkenalan, menggunakan alat transportasi umum, berkomunikasi dengan petugas di hotel dan di rumah makan, membeli sesuatu di butik atau di toko, meminta informasi, dan berbicara tentang hobi. Selain menawarkan tema yang beragam, aplikasi ini juga memberikan latihan dengan bentuk yang bervariasi.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, la Journée internationale de la Francophonie – la Semaine de la langue française et de la Francophonie (Hari Internasional Penutur Bahasa Prancis – Seminggu Berbahasa Prancis dan Pekan Penutur Bahasa Prancis) diadakan pada tahun ini dari 17 s.d. 25 Maret. Puncak acaranya sendiri jatuh pada tanggal 20 Maret 2018. Program ini memberikan kesempatan bagi para pencinta bahasa Prancis di seluruh dunia, tidak saja di negara asalnya, untuk turut mengekspresikan diri dan merayakan kekayaan serta keberagaman bahasa Molière tersebut.
Sepanjang minggu pada tanggal-tanggal di atas, sejumlah tokoh masyarakat, budaya, dan pendidikan biasanya menyelenggarakan acara-acara yang berhubungan dengan bahasa Prancis, seperti seminar, debat, diskusi, pertunjukan, pelatihan menulis, perlombaan puisi, dan sebagainya. Termasuk di tanah air, jurusan maupun program studi kebahasaprancisan (pendidikan atau sastra) di berbagai pendidikan tinggi serta Institut Français sebagai pusat kebudayaan Prancis di Indonesia, ikut juga mengundang banyak partisipan supaya turut serta memeriahkan acara yang berkaitan dengan la Semaine de la langue française et de la Francophonie ini.
Sementara itu, berdasarkan info resmi terkait program ini pada situs web Culture-Communication, tema yang diusung untuk kegiatan tahunan “Dis-moi dix mots” (Katakan padaku Sepuluh Kata) yaitu la parole.
Media Sosial
Gunakan media sosial berikut untuk terhubung dengan Elga Ahmad.